Karma
Istilah Karma berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Kr (Karma) artinya "bertindak, tindakan,perbuatan, kinerja"
Dalam Kitab Weda Perbuatan baik disebut Subha Karma dan perbuatan buruk disebut Asubha Karma. Dan semuanya itu disebut Karma.
Konsep karma ini berasal dari India kuno dan dijaga kelestariannya di filsafat Agama Hindu, Agama Jain, Agama Sikh dan AgamaBudha.
Di dalam Kitab Weda Agama Hindu disebutkan Ada tiga jenis karma yaitu :
•Prarabda karma yaitu perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup sekarang dan diterima dalam hidup sekarang juga.
•Kriyamana karma yaitu perbuatan yang dilakukan sekarang di dunia ini tetapi hasilnya akan diterima setelah mati di alam baka (akhirat)
•Sancita karma yaitu perbuatan yang dilakukan sekarang hasilnya akan di peroleh pada kelahiran yang akan datang ( Lahir kembali ke dunia )
Dalam Kitab Weda Agama Hindu disebutkan bahwa Kehidupan sekarang adalah akibat dari kehidupan sebelumnya dan akan berdampak pada kehidupan masa datang.
Jadi adanya penderitaan dalam kehidupan ini walaupun seseorang selalu berbuat baik, hal itu disebabkan oleh karmanya yang lalu (sancita karma), terutama yang buruk yang harus ia nikmati hasilnya sekarang.
Dalam syariat Agama Islam bahwa orang yang hidup sekarang ini bukan orang yang pernah hidup di masa lalu. Orang yang sudah mati tidak akan lahir ke dunia ini lagi.
Sancita Karma Phala dalam keyakinan agama Hindu adalah hasil dari perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang. Bila karma kita pada kehidupan yang terdahulu baik, maka kehidupan kita sekarang akan baik pula ( senang, sejahtera, bahagia ).
Sebaliknya bila perbuatan kita terdahulu buruk maka kehidupan kita yang sekarang inipun akan buruk ( selalu menderita, susah, dan sengsara ). Atau sering disebut Karma Phala Dahulu-Sekarang.
Sesungguhnya istilah hukum karma tidaklah dikenal dalam syari’at Agama Islam terutama pada poin ke tiga ( Sancita karma) karena istilah yang demikian ini adalah istilah di dalam ideology, keyakinan aqidah agama Hindu, Agama Budha dan Agama Dharma lainnya.
Dalam syariat agama Islam, apabila orang sudah mati tidak akan lahir kembali ke dunia, jasadnya di kubur di kuburan, sedang rohnya kembali ke alam kubur ( alam barzah ) yang terdapat di atas langit ke tujuh .
Oleh karena itu tidak selayaknya kita bertaqlid (mengikuti, meniru) membenarkan kesimpulan Agama lain yang berakibat hukum karma diakui keabsahannya oleh masyarakat Islam
Taqlid itu dilarang oleh syariat Agama Islam, dilarang mengikuti apa yang tidak mempunyai pengetahuan tentangnya
Perhatikanlah Terjemah Al Qur’an Ayat 36 Surat Al Isro’ ( Bani Isroil)
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا (٣٦)
36.Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.{(Terjemah Al Qur’an Ayat 36 Surat Al Isro’ ( Bani Isroil)}
Allah memerintahkan Umat Islam, agar bertanya kepada ahlinya yaitu kepada orang yang mempunyai pengetahuan, Jika tidak tahu atau tidak mengerti tentang syariat Agama Islam
Perhatikanlah Terjemah Al Qur’an Ayat 43 Surat An Nahl.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ (٤٣)
43.Dan Aku tidak mengutus sebelum kamu ( Muhammad), kecuali orang-orang lelaki yang Aku beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan ( ahlinya ) jika kamu tidak mengetahui. (Terjemah Al Qur’an Ayat 43 Surat An Nahl)
Perhatikanlah Terjemah Al Qur’an Ayat 7 Surat Al Anbiya.
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ (٧)
7.Aku tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Aku beri wahyu kepada mereka, Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu (ahlinya) jika kamu tiada mengetahui. (Terjemah Al Qur’an Ayat 7 Surat Al Anbiya)
Hukum Karma Agama Hindu, Agama Budha, dan Agama Darma lainnya pada jenis Prarabda karma dan Kriyamana karma ada persamaan dengan doktrin agama Islam, walaupun serupa tapi tidak sama.
Karena dalam syariat Agama Islam juga mengenal doktrin sebab akibat bahwa perbuatan baik akan berakibat baik dan perilaku buruk akan berakibat buruk.
Apabila perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup sekarang di dunia ini maka hasilnya akan diterima dalam hidup sekarang juga dan akan diterima pula di akhirat kelak
Kesimpulannya dalam syariat agama Islam cukup hanya satu poin saja katakanlah HUKUM PEMBALASAN SEBAB AKIBAT, bukan hukum karma yang jumlahnya ada 3 poin itu.
Hukum Pembalasan Sebab Akibat ini banyak dijelaskan di dalam Al Qur’an.
Perhatikanlah Terjemah Al Qur’an Ayat 41 Surat Ar Rum
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (٤١)
41.Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan manusia sendiri, supaya mereka dapat merasakan akibat perbuatan mereka sendiri, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).{ Terjemah Al Qur’an Ayat 41 Surat Ar Rum}
Perhatikanlah Pula Terjemah Al Qur’an Ayat 21 Surat As Sajdah.
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الأدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الأكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (٢١)
21.Dan mereka akan Ku adzab dengan adzab yang kecil dulu (di dunia) sebelum Ku adzab dengan adzab yang lebih besar nanti (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali sadar (ke jalan yang benar).{Terjemah Al Qur’an Ayat 21 Surat As Sajdah}
Perhatikanlah Pula Terjemah Al Qur’an Ayat 7 dan Ayat 8 Surat Az Zalzalah.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (٧) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (٨)